Jumat, 29 Maret 2013

Tokoh : Elang Gumilang

Usianya 25 tahun. Namun siapa sangka pemuda yang baru lulus ipb (institut pertanian bogor) bulan juni 2010 ini adalah miliarder muda. Omzet perusahaanya kini mencapai rp 211 miliar. Elang adalah ceo dari elang grup, sebuah induk perusahaan dari tiga anak perusahaan, yakni pt elang semestaguna, pt bild consulting, dan pt bumi karsa semesta. Perusahaannya bergerak dari pertambangan, properti, pelatihan bisnis, hingga periklanan.

Dalam berbagai kesempatan, ia menularkan motto memulai bisnis. “Lihat peluang yang belum terpikirkan orang lain dan ikuti aturan yang ada, insyaallah berhasil.”
Penghargaan

1. Wirausaha Muda Mandiri terbaik Indonesia 2007
2. Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi 2008
3. Man of the Year 2008 dari Radar Bogor
4. Pemuda Pilihan 2008 dari TV One
5. Indonesia Top Young Entrepreuner 2008 dari Warta Ekonomi

selama ini banyak pengembang yang membangun perumahan namun hanya bisa dijangkau oleh kalangan menengah ke atas saja. Jarang sekali pengembang yang membangun perumahan yang memang dikhususkan bagi orang-orang kecil. Elang gumilang (22), seorang mahasiswa yang memiliki jiwa wirausaha tinggi ternyata memiliki kepedulian tinggi terhadap kaum kecil yang tidak memiliki rumah. Meski bermodal pas-pasan, ia berani membangun perumahan khusus untuk orang miskin. Apa yang mendasarinya?

Elang sendiri merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan h. Enceh (55) dan hj. Prianti (45). Elang terlahir dari keluarga yang lumayan berada, yaitu ayahnya berprofesi sebagai kontraktor, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Sejak kecil, elang sudah diajarkan oleh orang tuanya bahwa segala sesuatu diperoleh tidak dengan gratis. Orang tuanya juga meyakinkan bahwa rezeki itu bukan berasal dari mereka tetapi dari tuhan.

Ketika duduk di bangku sekolah dasar pengadilan 4, bogor, elang sudah mengikuti berbagai perlombaan dan bahkan ia pernah mengalahkan anak smp saat lomba cerdas cermat. Karena kepintarannya itu, elang pun menjadi anak kesayangan guru-gurunya.

Begitu pula ketika masuk smp i bogor, smp terfavorit di kabupaten bogor, elang selalu mendapatkan ranking. Pria kelahiran bogor, 6 april 1985 ini mengaku kesuksesan yang ia raih saat ini bukanlah sesuatu yang instan. “butuh proses dan kesabaran untuk mendapatkan semua ini, tidak ada sesuatu yang bisa dicapai secara instan,” tegasnya. Jiwa wirausaha elang sendiri mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 sma i bogor, jawa barat. Dalam hati, elang bertekad setelah lulus sma nanti ia harus bisa membiayai kuliahnya sendiri tanpa menggantungkan biaya kuliah dari orang tuanya. Ia pun mempunyai target setelah lulus sma harus mendapatkan uang rp 10 juta untuk modal kuliahnya kelak.

akhirnya, tanpa sepengetahuan orang tuanya, elang mulai berbisnis kecil-kecilan dengan cara berjualan donat keliling. Setiap hari ia mengambil 10 boks donat masing-masing berisi 12 buah dari pabrik donat untuk kemudian dijajakan ke sebuah sekolah dasar di bogor. Ternyata lumayan juga. Dari hasil jualannya ini, setiap hari elang bisa meraup keuntungan rp 50 ribu. Setelah berjalan beberapa bulan, rupanya kegiatan sembunyi-sembunyinya ini tercium juga oleh orang tuanya. “karena sudah dekat uan (ujian akhir nasional), orang tua menyuruh saya untuk berhenti berjualan donat. Mereka khawatir kalau kegiatan saya ini mengganggu ujian akhir,” jelas pria pemenang lomba bahasa sunda tahun 2000 se-kabupaten bogor ini.

Dilarang berjualan donat, elang justru tertantang untuk mencari uang dengan cara lain yang tidak mengganggu sekolahnya. Pada tahun 2003, ketika fakultas ekonomi dan manajemen ipb mengadakan lomba java economic competition se-jawa, elang mengikutinya dan berhasil menjuarainya. Begitu pula saat fakultas ekonomi universitas indonesia (ui) menyelenggarakan kompetisi ekonomi, elang juga berhasil menjadi juara ketiga. Hadiah uang yang diperoleh dari setiap perlombaan, ia kumpulkan untuk kemudian digunakan sebagai modal kuliah.

Setelah lulus smu, elang melanjutkan kuliah di fakultas ekonomi ipb (institut pertanian bogor). Elang sendiri masuk ipb tanpa melalui tes spmb (sistem penerimaan mahasiswa baru) sebagaimana calon mahasiswa yang akan masuk ke perguruan tinggi negeri. Ini dikarenakan elang pernah menjuarai kompetisi ekonomi yang diadakan oleh ipb sehingga bisa masuk tanpa tes. Saat awal-awal masuk kuliah, elang mendapat musibah yang menyebabkan uang rp 10 jutanya tinggal rp 1 juta. Namun elang enggan memberitahu apa musibah yang dialaminya tersebut.

Padahal uang itu rencananya akan digunakan sebagai modal usaha. Meski hanya bermodal rp 1 juta, elang tidak patah semangat untuk memulai usaha. Uang rp 1 juta itu ia belanjakan sepatu lalu ia jual di asrama mahasiswa ipb. Lewat usaha ini, dalam satu bulan elang bisa mengantongi uang rp 3 jutaan. Tetapi setelah berjalan beberapa tahun, orang yang menyuplai sepatunya entah kenapa mulai menguranginya dengan cara menurunkan kualitas sepatunya. Satu per satu pelanggannya pun tidak mau lagi membeli sepatu elang. Sejak itu, elang memutuskan untuk tidak lagi berjualan sepatu.

Setelah tidak lagi berbisnis sepatu, elang kebingungan mencari bisnis apa lagi. Pada awalnya, dengan sisa modal uang bisnis sepatu, rencananya ia akan gunakan untuk bisnis ayam potong. Tetapi, ketika akan terjun ke bisnis ayam potong, elang justru melihat peluang bisnis pengadaan lampu di kampusnya. “peluang bisnis lampu ini berawal ketika saya melihat banyak lampu di ipb yang redup. Saya pikir ini adalah peluang bisnis yang menggiurkan,”paparnya. Karena tidak punya modal banyak, elang menggunakan strategi ario winarsis, yaitu bisnis tanpa menggunakan modal. Ario winarsis sendiri awalnya adalah seorang pemuda miskin dari amerika latin, ario winarsis mengetahui ada seorang pengusaha tembakau yang kaya-raya di amerika. Setiap hari, ketika pengusaha itu keluar rumah, ario winarsis selalu melambaikan tangan ke pengusaha itu.

Pada awalnya pengusaha itu tidak memperdulikannya. Tetapi karena ario selalu melambaikan tangan setiap hari, pengusaha tembakau itu menemuinya dan mengatakan, “hai pemuda, kenapa kamu selalu melambaikan tangan setiap saya ke luar rumah?” pemuda miskin itu lalu menjawab, “saya punya tembakau kualitas bagus. Bapak tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat po (purchase order) dulu dari bapak.” setelah mendengar jawaban dari pemuda itu, pengusaha kaya itu lalu membuatkan tanda tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal stempel dan tanda tangan dari pengusaha amerika itu, pemuda tersebut pulang dan mengumpulkan hasil tembakau di kampungnya untuk dijual ke amerika lewat si pengusaha kaya-raya itu. Maka, jadilah pemuda itu orang kaya-raya tanpa modal.

Begitu pula elang, dengan modal surat dari kampus, ia melobi ke perusahaan lampu philips pusat untuk menyetok lampu di kampusnya. “alhamdulillah proposal saya gol, dan dari setiap penjualan saya mendapat keuntungan rp 15 juta,” ucapnya bangga.

Tetapi, karena bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, elang mulai berpikir untuk mencari bisnis yang lain. Setelah melihat celah di bisnis minyak goreng, elang mulai menekuni jualan minyak goreng ke warung-warung. Setiap pagi sebelum berangkat kuliah, ia harus membersihkan puluhan jerigen, kemudian diisi minyak goreng curah, dan dikirim ke warung-warung pasar anyar, serta cimanggu, bogor. Setelah selesai mengirim minyak goreng, ia kembali ke kampus untuk kuliah. Sepulang kuliah, elang kembali mengambil jerigen-jerigen di warung untuk diisi kembali keesokan harinya. Tetapi, karena bisnis minyak ini 80 persen menggunakan otot, sehingga mengganggu kuliahnya, elang pun memutuskan untuk berhenti berjualan. “saya sering ketiduran di kelas karena kecapaian,” kisahnya.

Di usianya yang relatif muda, pemuda yang tak suka merokok ini sudah menuai berbagai keberhasilan. Dari hasil usahanya itu Elang sudah mempunyai rumah dan mobil sendiri. Namun di balik keberhasilannya itu, Elang merasa ada sesuatu yang kurang. Sejak saat itu ia mulai merenungi kondisinya. “Kenapa kondisi saya begini, padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini?” batinnya.

Setelah lama merenungi ketidaktenangannya itu, akhirnya Elang mendapatkan jawaban. Ternyata selama ini ia kurang bersyukur kepada Tuhan. Sejak saat itulah Elang mulai mensyukuri segala kenikmatan dan kemudahan yang diberikan oleh Tuhan. Karena bingung mau bisnis apalagi, akhirnya Elang salat istikharah minta ditunjukkan jalan. “Setelah salat istikharah, dalam tidur saya bermimpi melihat sebuah bangunan yang sangat megah dan indah di Manhattan City, lalu saya bertanya kepada orang, siapa sih yang membuat bangunan megah ini? Lalu orang itu menjawab, “Bukannya kamu yang membuat?” Setelah itu Elang terbangun dan merenungi maksud mimpi tersebut. “Saya pun kemudian memberanikan diri untuk masuk ke dunia properti,” ujarnya.

Pengalaman bekerja di marketing perumahan membuatnya mempunyai pengetahuan di dunia properti. Sejak mimpi itu, ia mulai mencoba-coba ikut berbagai tender. Tender pertama yang ia menangi bernilai Rp 162 juta di Jakarta, yaitu membangun sebuah sekolah dasar di daerah Jakarta Barat. Sukses menangani sekolah membuat Elang percaya diri untuk mengikuti tender-tender yang lebih besar. Sudah berbagai proyek perumahan ia bangun.

Selama ini, bisnis properti kebanyakan ditujukan hanya untuk orang-orang kaya atau berduit saja. Sedangkan perumahan yang sederhana dan murah yang terjangkau untuk orang miskin jarang sekali dipedulikan pengembang. Padahal di Indonesia ada 70 juta rakyat yang masih belum memiliki rumah. Apalagi rumah juga merupakan kebutuhan yang sangat primer. Sebagai tempat berteduh dan membangun keluarga. “Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun, biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan kemahalan, jadi sampai sekarang mereka belum berani untuk memiliki rumah,” jelasnya.

Dalam hidupnya, Elang ingin memiliki keseimbangan. Bagi Elang, kalau mau kenal orang maka kenalilah 10 orang terkaya di Indonesia dan juga kenal 10 orang termiskin di Indonesia. Dengan kenal 10 orang termiskin dan terkaya, akan mempunyai keseimbangan dalam hidup, dan pasti akan melakukan sesuatu untuk mereka. Melihat realitas sosial seperti itu, Elang terdorong untuk mendirikan perumahan khusus untuk orang-orang berstatus ekonomi ke bawah. Maka ketika ada peluang mengakuisisi satu tanah di desa Cinangka, kecamatan Ciampea, Elang langsung mengambil peluang itu.

Tetapi, karena Elang tidak punya banyak modal, ia mengajak teman-temannya yang berjumlah 5 orang untuk patungan. Dengan modal patungan Rp 340 juta, pada tahun 2007 Elang mulai membangun rumah sehat sederhana (RSS) yang difokuskan untuk si miskin berpenghasilan rendah. Dari penjualan rumah yang sedikit demi sedikit itu. Modalnya Elang putar kembali untuk membebaskan lahan di sekitarnya. Rumah bercat kuning pun satu demi satu mulai berdiri.

Elang membangun rumah dengan berbagai tipe, ada tipe 22/60 dan juga tipe 36/72. Rumah-rumah yang berdiri di atas lahan 60 meter persegi tersebut ditawarkan hanya seharga Rp 25 juta dan Rp 37 juta per unitnya. “Jadi, hanya dengan DP Rp 1,25 juta dan cicilan Rp 90.000 ribu per bulan selama 15 tahun, mereka sudah bisa memiliki rumah,” ungkapnya.

Karena modalnya pas-pasan, untuk media promosinya sendiri, Elang hanya mengiklankan di koran lokal. Karena harganya yang relatif murah, pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis. Meski harganya murah, tetapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplit, seperti Klinik 24 jam, angkot 24 jam, rumah ibadah, sekolah, lapangan olahraga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah, kebanyakan para profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staf tata usaha (TU) IPB, bahkan ada juga para pemulung.

Dengan berbagai kesuksesan di usia muda itu, Elang tidak lupa diri dengan hidup bermewah-mewahan. Justru Elang semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyeknya, ia selalu menyisihkan 10 persen untuk kegiatan amal. “Uang yang 10 persen itu saya masukkan ke BMT (Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu orang-orang miskin dan orang yang kurang modal,” bebernya. Bagi Elang, materi yang saat ini ia miliki ada hak orang miskin di dalamnya yang mesti dibagi. Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin.

Bagi Elang, sedekah itu tidak perlu banyak tetapi yang paling penting adalah kontinuitas dari sedekah tersebut. Meski jumlahnya kecil, tetapi jika dilakukan secara rutin, itu lebih baik daripada banyak tetapi tidak rutin.

Elang sendiri terbilang sebagai salah satu sosok pengusaha muda yang sukses dalam merintis bisnis di Tanah Air. Prestasinya patut diapresiasi dan dijadikan suri teladan bagi anak-anak muda yang lain. Bagi Elang, semua anak muda Indonesia bisa menjadi orang yang sukses, karena kelebihan manusia dengan ciptaan mahkluk Tuhan yang lain adalah karena manusia diberi akal. Dan, ketika manusia lahir ke dunia dan sudah bisa mulai berpikir, manusia itu seharusnya sudah bisa mengarahkan hidupnya mau dibawa ke mana. “Kita hidup ibarat diberi diary kosong. Lalu, tergantung kitanya mau mengisi catatan hidup ini. Mau hura-hurakah? Atau mau mengisi hidup ini dengan sesuatu yang bermanfaat bagi yang lain,” ucapnya berfilosofi. Ketika seseorang sudah bisa menetapkan arah hidupnya mau dibawa ke mana, tinggal orang itu mencari kunci-kunci kesuksesannya, seperti ilmu dan lain sebagainya.

Adapun kunci kesuksesan Elang sendiri berawal dari perubahan gaya hidupnya saat kuliah semester lima. Pada siang hari, Elang bak singa padang pasir. Selain kuliah, ia juga menjalankan bisnis, mencari peluang-peluang bisnis baru, negosiasi, melobi, dan sebagainya. Namun ketika malam tiba, ia harus menjadi pelayan Tuhan, dengan menjadi penjaga masjid. “Setiap malam dari semester lima sampai sekarang saya tinggal di masjid yang berada dekat terminal Bogor. Dari mulai membersihkan masjid, sampai mengunci, dan membukakan pintu pagar untuk orang-orang yang akan salat subuh, semua saya lakukan,” ujarnya merendah.

Elang mengaku ketika menjadi penjaga masjid ia mendapat kekuatan pemikiran yang luar biasa. Bagi Elang, masjid selain sebagai sarana ibadah, juga tempat yang sangat mustajab untuk merenung dan memasang strategi. “Dalam halaman masjid itu juga ada pohon pisang dan di sampingnya gundukan tanah. Saya anggap itu adalah kuburan saya. Ketika saya punya masalah saya merenung kembali dan kata Nabi, orang yang paling cerdas adalah orang yang mengingat mati,” ujarnya.

sumber : http://forum.detik.com/wow-elang-gumilang-pemuda-dengan-omzet-211-miliar-rupiah-t506562.html