Senin, 10 September 2012

8 Tips Mengatasi Kemarahan

Kita pasti pernah merasa marah, kesal, ingin bertengkar dengan sebab yang bermacam-macam, baik itu pada diri sendiri maupun pada orang lain. Baik itu dengan terang-terangan semisal berteriak atau mengejek satu sama lain, dan yang lainnya memilih melakukannya diam-diam dengan menghindari kontak dan percakapan.
  
Namun, apapun alasannya dan bagaimanapun bentuknya, pertengkaran sama-sama dapat menghasilkan : perasaan sakit hati dan kekecewaan. Nah, kali ini saya akan memberi tips yang semoga dapat membantu kamu untuk mengatasinya, sehingga dapat menjadikan pertengkaran sebagai proses pertumbuhan dan pemecahan masalah.
"If done correctly a fight can be a pathway to growth and problem solving" - Psychology Today
1. Pahami bahwa Kemarahan itu Merusak!
Memahami bahwa kemarahan itu sendiri tidak merusak. Ada perbedaan besar antara kemarahan dan kemarahan. Ketika seseorang marah mereka butuhkan untuk menyatakan perasaan mereka, mereka tidak melanggar hal-hal atau hubungan - yaitu perilaku ragefull.
 
2. Bicarakan ttg Perasaan sebelum Marah 
Ketika kamu sudah merasa bahwa situasi sudah mendekati 'panas' maka cara yang paling aman adalah dengan berhenti sejenak. Dan menyadari perasaanmu, dan mengungkapkan ketidakinginanmu untuk membuat semua 'lebih panas' sehingga tidak perlu terbawa pada titik perdebatan. Mengetahui perasaanmu cukup mudah sebab ketika marah tubuhmu akan melepas zat kimia yang memicu perubahan biologis tubuh, semisal menjadi lebih berdebar-debar.
 
3. Jangan menaikkan suaramu. 
Stay cool! Sungguh, kelemahlembutan adalah kunci dari menanggalkan perdebatan dan pertengkaran. Tahan suara anda, meski ia sudah sampai ke ubun-ubun, sebab bukankah menurut pepatah 'Lidah lebih tajam dari pedang'...? Dan 'Luka di hati lebih sakit dan lebih lama sembuh dibanding luka fisik'..? Sebab itu, sebelum anda menyesal, usahakan diri anda untuk tetap keep control, minimal dengan kelembutan suara. Seperti nasihat yaitu pasangan yang bertengkar/berkomunikasi dengan bisikan sangat mengurangi faktor kemarahan dalam hubungan mereka.

4. Jangan mengancam hubungan. 
Sungguh deh, pemutusan silaturahim itu amatlah buruk. Jangan sekali-kali mengucap kata 'kita cerai', 'kita tidak berteman lagi', 'kamu bukan saudaraku', 'kita berakhir disini'. Sebab, kemarahan seringkali hanya emosi sementara, namun perasaan gengsi itu akan bertahan lama. Bagaimana jika akhirnya salah satu diantara kalian menyadari, bahwa hal yang membuat kalian bertengkar atau berdebat itu ternyata tidak benar, isu belaka, hanya kesalahpahaman? Sedangkan kalian terlanjur memutuskan hubungan. Kamu perlu menyadari bahwa saat bertengkar emosi-mu atau dirinya sedang berada pada mode panik, flight/terbang. Sementara kamu mengatakan ingin pergi, maka bisa jadi ia akan segera mengiyakannya atau menjadi begitu hancur oleh pikiran kehilangan keluarga mereka, mereka dapat masuk ke dalam depresi yang mendalam dan tidak dapat memberikan apa yang Anda butuhkan. 

5. Menciptakan sebuah proses untuk menyelesaikan masalah tanpa amarah.

Mulailah dengan masing-masing dari kalian untuk mengambil lima menit untuk menyatakan perasaan, kemudian mengambil istirahat dua puluh menit untuk berpikir tentang hal-hal dan kembali ke meja selama sepuluh menit untuk mendiskusikan bagaimana Anda pikir Anda terbaik dapat menangani masalah ini. Juga, tahu bahwa tidak apa-apa jika masalah tidak bisa diselesaikan segera. Bukankah ini bijaksana? Daripada mengumpat-umpat lebih dahulu baru berpiki? ^^
 
6. Jangan Memukul!
Dalam Islam, kita dilarang memukul pasangan atau anak atau saudara semuslim dengan pukulan yang keras atau meninggalkan bekas ditubuhnya. Maka dari itu, seberapapun kamu marah jangan pernah melukainya, atau melecehkanya dengan kata-kata. Pikirkan sekali lagi, coba kontrol emosi anda, sebelum memecahkan piring, membanting pintu, atau menggebrak meja. Jika pertengkaran kamu meningkat ke tingkat ini maka sebaiknya kamu segera meninggalkan rumah.

7. Jangan Berlarut!
Pastikan dirimu, kapan kamu akan menyelesaikan perdebatan atau pertengkaran ini? Jika memang tidak harus bersegara, maka bersabarlah. Jika dapat diselesaikan secepatnya, maka selesaikannya. Dalam Islam misalnya, muslim dengan muslim lainnya dilarang marah lebih dari tiga hari. Karena itu, sebab apapun kemarahanmu, segeralah mencari titik terang, tidak hanya terkungkung pada perdebatan itu.

8. Berwudhulah dan Yakinlah!Jika kamu marah, banyaklah mengingat Sang Pencipta. Jika kamu muslim banyaklah beristighfar. Marah itu membawa panas-bara-ego, maka dinginkanlah dengan berwudhu. Jika marahmu memuncak, setelah shalat tidurlah, untuk menenangkanmu, setelah pikiran bersih dan jernih, selesaikanlah sebagaimana orang yang saling mencintai dan sebagaimana orang yang sedang belajar bijaksana. Saya rasa ini pilihan terbaik.

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah.
(Riwayat Bukhori )
by : calon psikolog
Tulisan ini juga terinspirasi dari artikel 10 Tips avoiud ugly arguments  - psy.today
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar