Endang
dan Ghozali (1984) mengkategorikan kesukaran membaca (disleksia) dibagi 2 macam
:
1. Disleksia primer
Ciri-ciri:
Ada kesukaran membaca terutama dalam mengintegrasi simbol-simbol huruf atau
kata-kata, disebabkan kelainan biologis dan tidak didapatkan kelainan saraf
yang nyata.
2.
Disleksia Sekunder
a. Kemampuan membaca
terganggu karena dipengaruhi oleh kecemasan, depresi, menolak membaca, kurang
motivasi belajar, gangguan penyesuaian diri atau gangguan kepribadian.
b. Sebenarnya dasar teknik kemampuan
membaca masih baik (intak), tetapi kemampuan membaca tersebut digunakan secara
kurang efektif karena dipengaruhi faktor emosi.
c. Kadang-kadang anak dibawa ke dokter
bukan karena keluhan tak dapat membaca tetapi karena keluhan:
1) Penyesuaian diri yang buruk
2) Kenakalan
3) Tidak mau pergi ke sekolah
4) Neurosa N
5) Gangguan psikosomatik, dan sebagainya.
Dalam Model
Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar Pusat Kurikulum
Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2007). Adapun
bentuk-bentuk kesulitan membaca (disleksia) di antaranya berupa:
a. Penambahan (Addition)
Menambahkan
huruf pada suku kata. Contoh : suruh à
disuruh; gula à
gulka; buku à
bukuku
b. Penghilangan (Omission)
Menghilangkan
huruf pada suku kata. Contoh : kelapa à
lapa; kompor à kopor; kelas à kela
c. Pembalikan kiri-kanan (Inversion)
Membalikkan
bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik kirikanan. Contoh : buku
à duku; palu à lupa; 3 à
ε; 4 à μ
d. Pembalikan atas-bawah (ReversalI)
Membalikkan
bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik atas bawah. Contoh : m à w; uà
n; nana à uaua; mama à wawa; 2 à
5; 6 à 9
e.
Penggantian (Substitusi)
Mengganti huruf
atau angka. Contoh : mega à
meja; nanas à
mamas; 3 à
8
Secara lebih detail
penyandang disleksia biasanya mengalami
masalah-masalah seperti :
1. Masalah Fenologi
Masalah Fenologi adalah
masalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi.Penderita Disleksia cukup
mengalami kesulitan dalam membedakan kata "palu"
dengan "paku" ,
atau salah dalam memahami kata-kata yang memiliki bunyi yang hampir sama
seperti "lima belas" dengan "lima puluh" . Kesulitan-kesulitan ini disebabkan karena
adanya masalah dalam proses pengolahan input di dalam otak (otak kurang
berfungsi baik dalam menghubungkan simbol visual dengan bunyi).
2. Masalah Mengingat Perkataan
Penyandang disleksia
tidak jarang yang memiliki level kecerdasan normal bahkan di atas
rata-rata,hanya saja mereka memiliki kesulitan dalam mengingat perkataan
.Contohnya mereka mungkin merasa kesulitan dalam menyebutkan nama
seseorang,sehingga mereka lebih memilih untuk memanggil dengan istilah seperti
"temanku di kampus” atau “teman laki-lakiku” daripada mengingat dan menyebutkan namanya.
Contoh lain ketika mereka dibacakan cerita,maka mereka akan merasa kesulitan
untuk menceritakan kembali tentang cerita yang telah didengar.
3. Masalah Penyusunan Secara Sistematis
Penyandang disleksia
mengalami kesulitan dalam menyusun sesuatu secara sistematis atau
berurutan.Misalnya mereka merasa kesulitan dalam mengingat susunan bulan dalam
setahun (april-mei- juli - juni -agustus), susunan huruf (a - d - c - b), atau menyebut angka (satu-dua-tiga-enam-lima-empat),dan
kesalahan dalam pengurutan lainnya.
4. Masalah Ingatan Jangka Pendek
Penyandang disleksia
mengalami kesulitan dalam memahami instruksi yang panjang dalam waktu yang
relatif singkat.Suatu contoh,ibu menyuruh putranya "setelah pulang sekolah langsung ganti baju,kemudian cuci
tangan,setelah itu makan,setelah makan segera ambil air wudhu untuk
sholat,setelah sholat tidur siang”. Maka kemungkinan besar pederita
disleksia tidak melakukan seluruh instruksi dengan sempurna karena mereka tidak
mampu mengingat seluruh perkataan atau instruksi panjang dalam waktu yang
relatif singkat.
5. Masalah Pemahaman Sintaks
Penyandang disleksia sering mengalami kebingungan
dalam memahami tata bahasa,terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka
menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak
disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata
bahasanya berbeda dari yang pertama.Contoh,dalam Bahasa Indonesia dikenal
dengan susunan diterangkan-menerangkan
(contoh: buku merah ) namun
dalam bahasa inggris digunakan susunan menerangkan-diterangkan (contoh: red book).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar