Rabu, 13 Februari 2013

Terapi Dislexia


Intervensi untuk gangguan belajar umumnya menggunakan pendekatan berikut (Lyon & Moats, dalam Nevid, 2005):
a.       Model psikoedukasi. Pendekatan ini menekankan pada kekuatan-kekuatan dan preferensi-preferensi anak daripada usaha untuk mengoreksi defisiensi yang diduga mendasarinya. Sebagai contoh anak yang menyimpan informasi auditori lebih baik dibanding visual akan diajar secara verbal, misalnya dengan rekaman suara, bukan dengan materi visual.
b.      Model Behavioral. Model behavioral mengasumsikan bahwa belajar akademik dibangun di atas hierarki keterampilan dasar atau “perilaku yang memampukan”. Untuk membaca secara efektif seseorang harus belajar tentang huruf-huruf, menghubungkan suara dengan huruf, kemudian mengombinasikan huruf-huruf dan suara-suara menjadi kata, dan seterusnya. Kompetensi belajar anak akan dinilai untuk menentukan letak defisiensi dalam hierarki keterampilan. Program instruksi dan penguatan perilaku yang disusun secara individual membantu anak memperoleh keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas-tugas akademik.
c.       Model medis. Model ini mengasumsikan bahwa gangguan belajar merupakan simtom-simtom dari defisiensi dalam pengelolaan kognitif yang memiliki dasar biologis. Penanganannya harus diarahkan pada patologi yang mendasarinya, bukan pada ketidakmampuan belajar. Apabila anak memiliki kerusakan visual yang menyebabkannya kesulitan mengikuti sebaris teks, penanganan seharusnya ditujukan mengatasi defisit visual, misalnya dengan cara latihan mengikuti stimulus visual. Selanjutnya peningkatan kemampuan membaca diharapkan akan terjadi.
d.      Metode neuropsikologi. Pendekatan ini berasal dari model psikoedukasi dan medis. Diasumsikan bahwa gangguan belajar merefleksikan defisit dalam pengelolaan informasi yang memiliki dasar biologis. Diasumsikan juga bahwa program-program pendidikan harus diadaptasi untuk memperhatikan defisit-defisit yang mendasarinya dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak (Levin, dalam Nevid, 2005).
e.       Model linguistik. Model ini fokus pada defisiensi dasar dalam bahas anak, seperti kegagalan mengenali suara-suara dan kata-kata saling dikaitkan untuk menciptakan arti, yang akan menimbulkan masalah dalam membaca, mengeja, dan menemukan kata-kata untuk mengekspresikan diri. Model ini mengajarkan keterampilan bahasa secara bertahap, membantu murid menangkap struktur dan menggunakan kata-kata (Shaywitz, Wagner, Torgesen, dalam Nevid, 2005).
f.       Model kognitif. Model ini fokus pada bagaimana anak-anak mengatur pemikiran-pemikiran mereka ketika mereka belajar materi-materi akademik. Anak-anak dibantu belajar dengan mengenali sifat dari tugas belajar, menerapkan strategi pemecahan masalah yang efektif, dan memonitor kesuksesan strategi-strategi mereka. 

Daftar pustaka tentang post diselexia :
Durand, V. Mark, Barlow, David H. Psikolohi Abnormal Edisi Keempat Buku Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hammond J., and Hercules F. Ebook : Understanding Dyslexia. Schotish Higher Education Funding Council. ISBN : 0 901904 72 4. http://www.vub.ac.be/downloads/dyslexia.pdf

Nevid J. S., Rathus S. A., & Greene B. 2005. Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar dari www.puskur.net/download/prod2007/13_model kesulitan belajar. Pdf

Reid, Gavin, Kirk, Jane. 2001. Dyslexia in Adults. West Sussex: John Wiley & Son, Ltd.

images.joeliarahma.multiply.multiplycontent.com/

Agnesa, dkk. 2012. Analisis Film Taare Zameen Par. (Online). http://pisces-pride.blogspot.com/2012/05/analisis-film-taare-zameen-par.html, diakses pada 20 September 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar