Intervensi untuk gangguan belajar umumnya menggunakan pendekatan berikut (Lyon & Moats, dalam Nevid, 2005):
a.
Model psikoedukasi. Pendekatan ini
menekankan pada kekuatan-kekuatan dan preferensi-preferensi anak daripada usaha
untuk mengoreksi defisiensi yang diduga mendasarinya. Sebagai contoh anak yang
menyimpan informasi auditori lebih baik dibanding visual akan diajar secara
verbal, misalnya dengan rekaman suara, bukan dengan materi visual.
b.
Model Behavioral. Model behavioral
mengasumsikan bahwa belajar akademik dibangun di atas hierarki keterampilan
dasar atau “perilaku yang memampukan”. Untuk membaca secara efektif seseorang
harus belajar tentang huruf-huruf, menghubungkan suara dengan huruf, kemudian
mengombinasikan huruf-huruf dan suara-suara menjadi kata, dan seterusnya.
Kompetensi belajar anak akan dinilai untuk menentukan letak defisiensi dalam hierarki
keterampilan. Program instruksi dan penguatan perilaku yang disusun secara
individual membantu anak memperoleh keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan
dalam melaksanakan tugas-tugas akademik.
c.
Model medis. Model ini mengasumsikan
bahwa gangguan belajar merupakan simtom-simtom dari defisiensi dalam
pengelolaan kognitif yang memiliki dasar biologis. Penanganannya harus diarahkan
pada patologi yang mendasarinya, bukan pada ketidakmampuan belajar. Apabila
anak memiliki kerusakan visual yang menyebabkannya kesulitan mengikuti sebaris
teks, penanganan seharusnya ditujukan mengatasi defisit visual, misalnya dengan
cara latihan mengikuti stimulus visual. Selanjutnya peningkatan kemampuan
membaca diharapkan akan terjadi.
d.
Metode neuropsikologi. Pendekatan ini
berasal dari model psikoedukasi dan medis. Diasumsikan bahwa gangguan belajar
merefleksikan defisit dalam pengelolaan informasi yang memiliki dasar biologis.
Diasumsikan juga bahwa program-program pendidikan harus diadaptasi untuk
memperhatikan defisit-defisit yang mendasarinya dan disesuaikan dengan
kebutuhan setiap anak (Levin, dalam Nevid, 2005).
e.
Model linguistik. Model ini fokus pada
defisiensi dasar dalam bahas anak, seperti kegagalan mengenali suara-suara dan
kata-kata saling dikaitkan untuk menciptakan arti, yang akan menimbulkan
masalah dalam membaca, mengeja, dan menemukan kata-kata untuk mengekspresikan
diri. Model ini mengajarkan keterampilan bahasa secara bertahap, membantu murid
menangkap struktur dan menggunakan kata-kata (Shaywitz, Wagner, Torgesen, dalam
Nevid, 2005).
f.
Model kognitif. Model ini fokus pada
bagaimana anak-anak mengatur pemikiran-pemikiran mereka ketika mereka belajar
materi-materi akademik. Anak-anak dibantu belajar dengan mengenali sifat dari
tugas belajar, menerapkan strategi pemecahan masalah yang efektif, dan
memonitor kesuksesan strategi-strategi mereka.
Daftar pustaka tentang post diselexia :
Durand,
V. Mark, Barlow, David H. Psikolohi
Abnormal Edisi Keempat Buku Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hammond
J., and Hercules F. Ebook : Understanding
Dyslexia. Schotish Higher Education Funding Council. ISBN : 0 901904 72 4. http://www.vub.ac.be/downloads/dyslexia.pdf
Nevid
J. S., Rathus S. A., & Greene B. 2005. Psikologi
Abnormal Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Pusat
Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
2007. Model Kurikulum Bagi Peserta Didik
Yang Mengalami Kesulitan Belajar dari
www.puskur.net/download/prod2007/13_model kesulitan belajar. Pdf
Reid,
Gavin, Kirk, Jane. 2001. Dyslexia in
Adults. West Sussex: John Wiley & Son, Ltd.
images.joeliarahma.multiply.multiplycontent.com/
Agnesa, dkk. 2012. Analisis Film Taare Zameen Par. (Online). http://pisces-pride.blogspot.com/2012/05/analisis-film-taare-zameen-par.html,
diakses pada 20 September 2012.
sumber foto : dwii-plb11.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar